Lampu Unik Karya Seniman Louis Comfort Tiffany

Advertisement

Baca juga:

Lampu Unik Karya Seniman Louis Comfort Tiffany
Memilih Lampu Rumah Dari Liukan ke Garis Simpel Bisa dibilang, pengaruh paling besar pada dunia desain lampu datang dari Louis Comfort Tiffany (1848-1933). Pelukis yang kemudian menjadi desainer interior ini mengejutkan dunia dengan konsep pencahayaan yang bukan semata-mata bertumpu pada fungsi. Keindahan, kecantikan, justru menjadi rumusan utamanya; meski kadang kala fungsi itu sendiri harus dikorbankan.

Tiffany muncul bersamaan dengan era Art Nouveau, di mana gerakan ini melawan kekakuan dan kebekuan akhir abad ke-19 dengan hadir menampilkan garis yang mengalir serta meliuk. Tema perempuan (juga anak-anak) dan bunga (termasuk daunnya) mewakili sisi indah kehidupan.

Pengaruh Tiffany begitu besar, sehingga sampai kini pun karya-karyanya masih ditiru orang dengan menyebutnya sebagai gaya Tiffany. Dengan mudah, misalnya, kita tetap bisa menemukan lampu meja dengan pangkal tangkai seorang permpuan muda seksi, mengenakan rok tipis yang membiaskan anatomi tubuhnya, berdiri dengan pinggul meliuk serta satu kaki sedikit terangkat sehingga menyingkapkan rok, dan dikelilingi bocah-bocah cilik setengah telanjang. Cahaya lampu itu sendiri diletakkan di dalam kuntum bunga, yang merupakan ujung dari ranting penuh dengan dedaunan.

Dalam menuangkan gagasannya, Tiffany tidak hanya bermain dalam bentuk, tetapi juga warna dan bahan. Dia bereksperimen dengan cat pada kaca, sehingga menjadi salah satu desainer terkenal yang menghias jendela-jendela kaca gereja dengan stained glass-nya. Stained glass ini juga yang menjadi kekhasan dirinya dalam dunia lampu – terutama lampu duduk – dengan tema alam, seperti daun dan bunga, yang menjadi dekorasinya. Ia kembangkan berbagai jenis bunga, mulai dari lili, mawar, sampai peoni.
Lampu Unik Karya Seniman Louis Comfort Tiffany
Sayang, lampu gaya Tiffany hanya diproduksi sampai tahun 1938 – lima tahun setelah ia meninggal. Sesudah itu, produksi aslinya hanya bisa dinikmati di galeri-galeri dan rumah lelang, serta di rumah para kolektornya. Selebihnya yang ada hanyalah tiruan belaka.

Era lain yang juga punya pengaruh besar dalam dunia pencahayaan adalah Art Deco, yang praktis adalah bentuk perlawanan dari romantisisme Art Nouveau. Kalau Art Nouveau sangat mengandalkan pada "bentuk daripada fungsi", maka Art Deco justru mengedepankan "fungsi dibanding bentuk". Diperkirakan, peralihan gaya ini dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh kekerasan masa Perang Dunia I.

Garis meliuk dan mengalir seperti diperkenalkan Tiffany, misalnya, hilang dan digantikan dengan garis yang lebih lugas. Seperti juga arsitektur bangunannya, lampu- lampu Art Deco jauh lebih tampak sederhana dengan garis yang bersih. Ornamen dikurangi sedemikian rupa, sehingga nyaris tak ada. Yang diperkenalkan adalah bentuk- bentuk geometris.

Tetapi, yang menarik adalah tampilnya warna-warna berani di masa Art Deco. Di sinilah kita kenal lampu dengan satu warna, seperti oranye, hijau terang, atau ungu menyala.

Tampaknya peperangan memang bisa mempengaruhi selera seni manusia. Setidaknya, kembali terbukti akhir Perang Dunia II juga menamatkan riwayat Art Deco, meskipun hingga beberapa tahun kemudian di sana-sini gaya Art Deco masih digunakan.

Lampu pun semakin terpengaruh oleh modernisasi dan otomatisasi industri. Pencahayaan dengan gaya industrial mulai memasuki perumahan. Warna-warna terang digantikan dengan yang lebih alami, begitu juga bahan yang digunakan. Kesederhanaan gaya yang datang dari kawasan Skandinavia menjadi tema utama. Untuk lampu-lampu meja, umpamanya, kayu ringan atau sebaliknya besi tahan karat menjadi penopang utama kap lampu.

Dalam penataan ruangan, pencahayaan juga tidak terpatok hanya kepada lampu di tengah ruangan yang diimbuhi dengan lampu meja dan lampu dinding. Sistem pencahayaan panggung dan industri menjadi gaya yang masuk ke perumahan. Keragaman lampu menjadi lebih tinggi. Di sinilah lampu yang menyorot ke bawah (downlighter) serta sistem aliran listrik ke lampu yang bisa dinaik-turunkan (dimmer) – yang semula hanya digunakan di areal komersial – menjadi pilihan pemilik rumah.

Penataan pencahayaan kini dipertimbangkan para perancang ruangan dengan seksama. Begitu juga para pemilik rumah yang merancang rumahnya sendiri selalu berusaha memperhitungkan efek cahaya yang bisa membiaskan kedalaman, kehangatan, dan kenyamanan ruangan.

Rumah dengan ruang-ruang yang tampak membosankan – karena hanya diterangi oleh lampu neon di tengah ruangan – sudah mulai beralih menjadi rumah yang mengundang, membuat betah pemilik maupun tamunya. Jenis lampu pun ditampilkan beragam, seperti hadirnya lampu pijar dan halogen.
Lampu Unik Karya Seniman Louis Comfort Tiffany
Ruang keluarga merupakan salah satu ruangan yang paling mudah dijadikan arena eksperimen, karena di sinilah berbagai kegiatan biasa terpusat. Keluarga bercengkerama, menonton televisi, menerima kedatangan kerabat, membaca buku, bermain, bahkan mungkin menyulam.

Yang menjadi masalah memang jika kita ingin mengubah sebuah ruangan yang sudah terlanjur tidak memiliki jaringan kabel listrik memadai. Bukankan membongkar tembok dan menempatkan instalasi kabel baru memakan ongkos cukup besar?

Jika ini yang menjadi soal, tak ada kata lain, titik lampu utama di tengah atas ruangan tetap bisa digunakan. Hindari untuk tidak menggunakan jenis yang berbola lampu satu dan berukuran kecil. Sebagai gantinya adalah lampu yang lebih lebar, bercabang – semacam lampu gantung, misalnya – dengan diimbuhi penyetel ukuran cahaya dalam bentuk dimmer. Di sinilah, tingkat pencahayaan bisa diatur sesuai suasana hati.

Tetapi, kalau urusan keuangan tidak terlalu berat, pilihan pada sejumlah jenis lampu lain, seperti lampu duduk, dinding, sorot, serta lampu lantai akan membuat ruangan menjadi jauh lebih hangat.

Lampu uplighter, yang menyorot ke atas dari sebuah tonggak lampu, atau yang menempel di dinding, misalnya dapat dipilih untuk ruangan yang modern. Pilihlah lampu yang bergaris sederhana dengan sorot cahaya halogen sekitar 200-300 watt.

Lampu standar dengan cahaya ke bawah sebagai lampu baca sangat tepat didekatkan dengan sebuah kursi tunggal berlengan (armchair). Pilih lampu dengan kekuatan cahaya yang memadai untuk membaca, sehingga tidak terlalu memboroskan energi.

Sejumlah lampu sorot yang berada pada sebuah lighting track di langit-langit rumah mempunyai fungsi yang beragam. Selain bisa memberi cahaya kepada sebuah lukisan, umpamanya, lampu yang lain bisa digunakan untuk menyorot rak buku, sementara yang lain menyorot langit-langit, dan obyek lain yang hendak diekspos.

Demikinalah Postingan Artikel Lampu Unik Karya Seniman Louis Comfort Tiffany Baca Juga gambar tato keren terbaru koleksi dari admin
Seni mania profil biodata Louis Comfort Tiffany senimania.com Fakta Sejarah Pada tahun 1881 Tiffany melakukan desain interior Mark Twain House di Hartford, Connecticut, yang masih tetap, tetapi perusahaan baru yang paling terkenal bekerja pada tahun 1882 ketika Presiden Chester Alan Arthur menolak pindah ke Gedung Putih sampai telah didekorasi ulang. Dia menugaskan Tiffany, yang mulai membuat nama untuk dirinya sendiri di masyarakat New York untuk pekerjaan desain interior perusahaan,

Wallpaper Rumah Minimalist Dinding 3D Keren 2019 Paling Cantik Dan Menarik untuk kamar anak cewek dan cowok Desain Logo Terpopuler Dan Unik Graffiti Arthur tidak memiliki pesona. Tiffany bekerja di Ruang Timur, Ruang Biru, Ruang Merah, Ruang Makan Negara, dan Aula Depan, refurnishing, pengecatan ulang dengan pola dekoratif, memasang selubung yang baru dirancang, berubah menjadi wallpaper dengan pola yang padat, dan, tentu saja, menambahkan Kaca Tiffany ke perlengkapan lampu gas dan jendela dan menambahkan kaca film dari langit-langit ke langit-langit di Aula Depan biografi Louis Comfort Tiffany dan foto gambar dan tambahan gaya Victoria lainnya telah dihapus dalam renovasi Roosevelt pada tahun 1902, yang mengembalikan interior Gedung Putih ke gaya Federal sesuai dengan arsitekturnya.